Mengenai Saya

Foto saya
Tweet and blog too much. Heart movies, novels, and English Literature. In relationship w/ homework.

Gila


Satu, dua, tiga, empat . . ah banyak!
Aku menghitung jumlah buku dan film yang harus aku tulis reviewnya dalam sebuah daftar yang panjang. Tak ku sangka banyak juga dan jadi agak membebani.
“Hmm, udah beres ya baca bukunya?” Dia mengintip dari bahuku “ Kenapa gak keliatan seneng? Nggak rame ya?”
“Cuma jauh dari harapan aja” jawabku sambil memandangi daftar itu lagi
“Jadi beban ya sekarang?” Dia ikut memandangi daftar itu. Aku menjawabnya dengan senyum pahit.
“Aku bisa gila kalo harus nulis sebanyak ini, dalam waktu hanya empat hari dan deadline yang super fleksibel!” Ku banting daftar itu dan menyandarkan punggungku ke dinding. Uh, dinginnya tembok ini tidak membantuku menjernihkan isi kepala ini.
“Kamu kan bisa ngatur ulang deadlinenya?” hiburnya. Dia memunggut daftar itu dan membersihkan debu-debu yang mengotorinya.
“Lagi?” tanyaku tak percaya dan sekaligus mengejek, mengejek diri sendiri. Aku mengambil daftar itu, menyocokkan sejumlah judul buku dan film dengan tanggalan kalender 2013.
“Apa susahnya sih? Bukannya ini udah jadi kebiasaan kamu ya?” Dia tampak bingung
“Iya, tapi . . .” Sejak penilaian tulisanku jauh dari perkiraan, aku jadi gak terlalu yakin dan agak takut. “Ada yang salah sama keyboardnya, terutama di huruf F dan angka 4”
“Memangnya judul bukunya ‘Fockingjay’ ya? Atau ‘Fockingj4y’?”
Aku tersenyum kecil mendengarnya lalu menggeleng.
Pasti beres koq. Apalagi dengan kegilaanmu itu”
“Ini bukan suatu kegilaan yang positif. Ini stress.” Kedua tanganku mengacak-ngacak rambut panjangku “Lagian mana ada kegilaan yang bener-bener positif”
“Ada. Aku yang tergila-gila padamu
Aku langsung terdiam dan tak berani memandangnya. Ah, empat tahun sudah terlewati dan dia masih disini.
“Apa kegilaanku ini akan segera berakhir?” tanyanya sambil menunduk, mencari-cari bola mataku, mencari sebuah kepastian.
“Mau tidur sekarang?” aku lempar daftar itu dan meranjak ke tempat tidur.
“Bareng aku?” tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Emang aku masih harus minta ya?” tanyaku sewot. Aku mulai mengatur selimut merah dan menyisakan sedikit ruang untuknya.
Dia tersenyum dan menjawabnya, “Nggak”.
Rasanya kata itu sudah menjawab dua pertanyaannya tadi.

January 26, 2013
11.24 PM
Share:

Posting Komentar

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes